Evaluasi diri yang selalu salah dalam menghadapi ujian
Jum’at 15 februari 2013
Hari yang berbeda dengan ujian yang terlihat berbeda diri
yang sama dengan diri yang kemarin ada, sungguh tak aneh jika ujian yang datang
terasa lebih kuat karena kesiapan mental diri yang masih lembek seperti hari
sebelumnya.
Kegelisahan yang datang silih berganti, membuat diri
tertekan tertahan tak dapat melakukan sesuatu yang banyak, melakukan sesuatu
yang bermanfaat, berbuat baik yang membuat diri tenang terlena oleh keadaan
yang di rasa tak mnyenangkan , keadaan yang terasa menekan, keadaan yang terasa
di siksa.
Keyakinan hati yang mulai goyah terasa apakah kejadian
ini, mengapa kejadian ini, apa semua ini buatku, lali yang di lakukan tuk bisa
pergi dan tak merasakan kekecewaan, lari dari ujian yang membuat diri sedih,
berlari dengan segenap hati dan pikiran yang di nyatakan dengan kediaman yang
kaku, kediaman yang tak bermanfaat , pikiran di penuhi dengan prasangka yang
begitu banyak prasangka yang tak seharusnya di pelihara, tak seharusnya di
ikuti, tak seharusnya berkembang dalam diri hingga membuat diri terperangkap
oleh perasaan diri, tertutupi oleh kemalasan pribadi dengan tak melakukan
apa-apa.
Semua begitu cepat secepat kilat lewat, pagi siang sore
dan tiba malam hari, teringat dengan apa yang harus di lakukan, teringat dengan
kepedihan diri , teringat dengan sorang ibu yang selama ini di susahkan,
teringat dengan bodohnya pribadi yang selalu ingin menikmati keeanakan tanpa
mau berusaha, tanpa mau melangkah untuk menuju perubahan, teringat saudara
kandung yang menuntut ilmu yang mau tak
mau mengalami kepedihan batin yang sangat ketika di sekolah, di ancam akan di
keluarkan, terancam tak akan bisa meneruskan sekolah karena tak ada biaya,
namun diri malah masih diam terpukau oleh pedihnya hati yang di mana hati itu
terus di biarkan kotor, di biarkan terus berangan-angan tanpa ada realisasi
yang nyata.
Hai jiwa yang mengalami kesulitan untuk mengubah diri,
hai jiwa yang tertidur dalam kepedihan , hai jiwa yang diam tak mau bergerak,
bangunlah sekarang singsingkan tangan bajumu, lawan kepedihan hati yang selalu
membuatmu terkungkung dalam terkurung kegalauan, selalu diam tak ingin
melakukan suatu impian, yang diam karena tak mampu mengatur nafsu dalam diri.
Kuatkan kembali imanmu dalam dada, jangan biarkan keadaan
yang fana ini mengurungmu jauh mundur ke belakang, manfaatkan waktumu untuk
beramar maruf nahi munkar, kau harus tau kau adalah pemenang sejati , yang
butuh pengorbanan untuk menang, yang butuh kekuatan untuk menggapai asamu,
mintalah kekuatan kepada Sang Maha Pemberi Allah swt, Dia selalu menjagamu, Ia
selalu memberimu tanpa kau meminta untuk bernafas misalnya,akan tetapi Ia
memberikannya, kau lupa pada-Nya namun tetap kau masih merasakan nikmat-Nya.
Kebisaanmu untuk bisa berbicara dengan normal, kebisaanmu
untuk berjalan dengan kedua kaki, kebisaanmu untuk memegang sesuatu dengan
kedua tanganmu, kebisaanmu untuk melihat alam yang begitu luas yang membuatmu
dapat belajar sesuatu dari alam yang kau lihat, mulai hari ini, mulai detik ini
lawan rasa kegalauanmu, lawan rasa gelisahmu dengan kekuatan yang di Amanahkan
Allah pada-mu , dekatilah Allah dengan ketaatan yang kau lakukan , jangan risau
dengan sedikit rezeki yang di berikan hari ini, bersyukurlah dengan bersyukur
kau akan merasakan kebahagiaan, dengan beryukur Allah akan tambah nikmat-Nya
padamu percayalah, yakinilah,tak perlu bersedih hati dengan tidak adanya
seorang teman akhwat yang di inginkan untuk menemanimu di sela-sela waktumu,
masih banyak sahabat yang bisa kau ajak untuk berdiskusi, masih ada ibumu yang
kau jarang sapa apakah beliau senang hari ini, apakah beliau sudah makan hari
ini, apa yang beliau pikirkan apa yang beliau inginkan darimu wahai anak.
Kau lebih sibuk dengan duniamu yang membuatmu lupa, lupa
dengan orang yang selalu ada di saat kau sakit, di saat kau galau, di saat kau
terpuruk jatuh, itu adalah orang tuamu tak berapa lama lagi usianya akan di
panggil, namun kau masih leha-leha tak peduli apakah kau tak berpikir kalau
saja ia meninggalkanmu akan bagaimana dirimu, astagfirullahaladziim 3 *....
Kau tak pernah menanyakan kabar hatinya, namun kau ingin
di mengerti sungguh egois dirimu wahai anak...belum terlambat ketika orang tua
masih ada berbaktilah untuknya karen tak tau usianya akan di panggil,
tersenyumlah padanya walaupun hatimu terasa tak enak karena begitu besarya
masalah dan ujian yang menimpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar