Senin, 28 Maret 2016

hatihati dengan lisan dimana ucapan tidak terkontrol

Image result for hati-hati lisanLisan yang allah karuniakan kepada kita ini tak bertulang, namun dengannya keluar kata-kata yang begitu luar biasa..
Bisa menjadikan orang menjadi bahagia, bisa juga membuat bersedih, maka ada pepatah jika lidah itu lebih tajam daripada pedang, ini benar sekali
Ketika seorang tak bisa menjaga lisannya ini bisa membuat perseteruan teman antar teman, bahkan hubungan keluarga sekalipun menjadi sebuah permasalahan maka ada hal yang harus di perbaiki yaitu komunikasi
Perlu ilmu untuk menjaga lisan yang senantiasa kita ucapkan ini, perlu kehati-hatian yang luar biasa agar lisan ini tak menjadikan kita berujnga pada kerugian dan merugikan orang lain.
Yang harus lebih hati-hati adalah kata-kata “Gak akan mungkin, pasti, mustahil,”, kata-kata ini menjadi sebuah problem dimana tujuannya menafikan kekuasaan allah, jika Allah berkata kun maka akan terjadi..
Kata gak akan mungkin, dia di pakai dalam kalimat gak akan mungkin dia suka padaku padahal yang membolak-balikan hati yaitu Allah swt, banyak kasus yang terjadi di luar kemampuan logika kita
Kata pasti,  dia di pakai dalam kalimat, aku pasti akan mengerjakannya besok, atau janji pasti bisa datang, padahal ucapkanlah insyaallah (jika Allah menghendaki) karena tak ada yang tahu apakah esok kita masih hidup atau sudah di panggil atau meninggal dunia, rasulullah pun pernah di tanya oleh kaum kafir dan rasul menyanggupinya akan menjawab besok, dimana menunggu turun wahyu dari Allah namun esoknya tak bisa menjawab karena wahyu tidak turun, dan setelah itu allah mengur rasulullah yang termaktub dalam al qur’an dimana isinya ucapkan insyaallah..
Kata mustahil, dia dipakai dalam kalimat mustahil ini terjadi, padahal segala kejadian itu allah yang menakdirkan maka ingat kembali rukum iman yang 6, iman kepada allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan terakhir iman kepada qada dan qadar, ketentuan allah yang baik atau buruk menurut kita belum tentu buruk menurut allah, karena allah lah pemilik kalam / ilmu kita hanya sedikit tau tentang ilmu.
Untuk itu sudah sepatutnya kita berhati-hati dengan ucapan yang kita keluarkan dari lisan kita, karena boleh jadi bisa menjadi do’a , berusahalah unutk berfikir positif dalam di setiap waktu yang masih allah berikan pada kita, karena lisan ini di ibaratkan sebuah corong dalam teko yang akan mengeluarkan isi teko, jika teko itu di isi dengan air kopi yang keluarpun kopi, begitupun dengan pikiran kita jika di isi dengan hal-hal yang positif maka lisanpun akan keluar kata-kata yang baik-baik saja.
Teringan sebuah hadist
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])
Subhanallahi Wabihamdih
Makna ucapan subhanallah –Maha suci Allah- adalah; anda menyucikan Allah ta’ala dari segala aib dan kekurangan dan anda menyatakan bahwa Allah Maha sempurna dari segala sisi. Hal itu diiringi dengan pujian kepada Allah –wabihamdih– yang menunjukkan kesempurnaan karunia dan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepada makhluk serta kesempurnaan hikmah dan ilmu-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446)
Apabila telah terpatri dalam diri seorang hamba mengenai pengakuan dan keyakinan terhadap kesucian pada diri Allah dari segala kekurangan dan aib, maka secara otomatis akan terpatri pula di dalam jiwanya bahwa Allah adalah Sang pemilik berbagai kesempurnaan sehingga yakinlah dirinya bahwa Allah adalah Rabb bagi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan keesaan Allah dalam hal rububiyah tersebut merupakan hujjah/argumen yang mewajibkan manusia untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah –tauhid uluhiyah-. Dengan demikian maka kalimat ini mengandung penetapan kedua macam tauhid tersebut –rububiyah dan uluhiyah- (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/885)
Makna pujian kepada Allah
Al-Hamdu atau pujian adalah sanjungan kepada Allah dikarenakan sifat-sifat-Nya yang sempurna, nikmat-nikmat-Nya yang melimpah ruah, kedermawanan-Nya kepada hamba-Nya, dan keelokan hikmah-Nya. Allah ta’ala memiliki nama, sifat dan perbuatan yang sempurna. Semua nama Allah adalah nama yang terindah dan mulia, tidak ada nama Allah yang tercela. Demikian pula dalam hal sifat-sifat-Nya tidak ada sifat yang tercela, bahkan sifat-sifat-Nya adalah sifat yang sempurna dari segala sisi. Perbuatan Allah juga senantiasa terpuji, karena perbuatan-Nya berkisar antara menegakkan keadilan dan memberikan keutamaan. Maka bagaimana pun keadaannya Allah senantiasa terpuji (lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah karya Syaikh as-Sa’di, hal. 7)
Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “al-hamdu adalah mensifati sesuatu yang dipuji dengan sifat-sifat sempurna yang diiringi oleh kecintaan dan pengagungan -dari yang memuji-, kesempurnaan dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan. Maka Allah itu Maha sempurna dalam hal dzat, sifat, maupun perbuatan-perbuatan-Nya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 10)
Subhanallahil ‘Azhim
Makna ucapan ini adalah tidak ada sesuatu yang lebih agung dan berkuasa melebihi kekuasaan Allah ta’ala dan tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya daripada-Nya, tidak ada yang lebih dalam ilmunya daripada-Nya. Maka Allah ta’ala itu Maha agung dengan dzat dan sifat-sifat-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446).
Hal itu menunjukkan keagungan, kemuliaan, dan kekuasaan Allah ta’ala, inilah sifat-sifat yang dimiliki oleh-Nya. Di dalam bacaan dzikir ini tergabung antara pujian dan pengagungan yang mengandung perasaan harap dan takut kepada Allah ta’ala (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/884-885).


( terinspirasi oleh obrolan kecil dengan seorang teman bernama Sony Herdiansyah,ST ketika berdiskusi di tempat kerja dengan bahan obrolan wanita cantik kewarganegaraan Dubai bernama Lana rose)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar